Recent Posts

Januari 10, 2011

Imami, mie ayam super...


Mie adalah makanan yang terbuat dari tepung berbagai jenis tepung, air, telur dan garam. Rata-rata semua kalangan menyukai mie, baik  anak-anak, remaja, dewasa, dan  para manula sekalipun menyukai mie. Mie merupakan makanan pokok rakyat di Tiongkok. Menurut mas Wiki [Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Mi_(makanan)] mi atau mie adalah adonan tipis dan panjang yang telah digulung, dikeringkan, dan dimasak dalam air mendidih. Istilah ini juga merujuk kepada mi kering yang harus dimasak kembali dengan dicelupkan dalam air. Orang Italia, Tionghoa, dan Arab telah mengklaim bangsa mereka sebagai pencipta mi, meskipun tulisan tertua mengenai mi berasal dari Dinasti Han Timur, antara tahun 25 dan 220 Masehi. Pada Oktober 2005, mi tertua yang diperkirakan berusia 4.000 tahun ditemukan di Qinghai, Tiongkok.
Nah, untuk urusan mie, di Indonesia dikenal juga varian masakan yang disebut “mie ayam”, ini bukan mie ayam ala Chinese, tapi lebih kepada mie ayam ala “kampung”. Mungkin bumbu mie ayam ala Chinese yang divariasikan dan disesuaikan dengan lidah Indonesia-lah yang meyebabkan mie ini agak berbeda dan mendapat julukan kampung. Biasanya tukang mie ayam dengan gerobaknya yang berwarna biru atau hijau suka keliling kampung, kompleks, atau perumahan lainnya. Banyak juga yang sudah mulai mapan dan memiliki tempat “ngetem”.
Salah satu mie ayam yang saya favoritkan sampai sekarang [saya sudah mencoba berbagai mie ayam ala kampung sejak 24 tahun yang lalu] adalah Imami. Nama yang unik untuk sebuah merek mie ayam bukan? Imami, setahu saya, dulu sebelum singkatannya dihilangkan adalah “Iyeu Maem Mie” jadi disingkat dan lebih manis “Imami”. Saya juga tidak tahu mengapa dulu sang penjual memberi nama yang demikian. Kalau didengar menurut orang Sunda juga agak sedikit antik.
 
Imami, mulai beroperasi sejak tahun 1991, dari dulu sampai sekarang menempati lokasi yang sama, di Jl. Terusan Martanegara Bandung. Sebenarnya ada dua lokasi Imami, satu di Jl. Turangganya dan satu lagi yang tadi saya sebutkan. Untuk mencapainya mudah, patokannya BSM [Bandung Super Mall] depannya ada jalan [Turangga] masuk aja terus lalu lihat sebelah kanan. Kalau terus lagi sampai mentok, jalan Martanegara, belok kiri sekitar 20 meter lihat sebelah kiri.

Kali ini saya makan ditempat biasa saya makan di Terusan Martanegara. Mas Mujito, mengatakan biasanya setiap hari menghabiskan sekitar 17 kg mie telor. Untungnya mie telor ini bikinan sendiri, artinya mas Mujito sudah mempunyai alatnya, dan dijamin tidak menggunakan bahan pengawet. Mas Mujito, asli Purwokerto, adalah adik pendiri Imami yang sudah meninggal [saya lupa namanya].   
Kenapa sih mie ini yang jadi favorit saya? Ada beberapa alasan yang bisa saya kemukakan:
  • Porsinya super, tidak kira-kira banyaknya, saya saja sangat kenyang. Untuk yang terbiasa makan di tempat mie ayam lain, saya sarankan memesan ½ porsi saja. Harga per porsi Rp. 10000.
  • Mienya pas empuknya, tidak terlalu empuk dan tidak terlalu kenyal.
  • Topping ayamnya sangat enak, potongan dagingnya kecil-kecil, dan banyak, rasanyapun nikmat, antara asin dan manis seimbang.
  • Kuah topping ayamnya sering melimpah ruah [kalau kita minta]
  • Sayur sawinya juga dipotong kecil-kecil, tapi banyak.
  • Sambalnya mantap, pas betul pedasnya.
  • Yang jualnya ramah, senang diajak ngobrol.

Warung Imami buka mulai sekitar pukul 10.00 dan tutup paling lama pukul 20.00, kalau belum habis. Tempat ini pada jam-jam orang kelaparan berat selalu ramai dan penuh. Biasanya saya pesan mie 1 porsi, pakai kerupuk aci 1 buah, tambahkan sedikit saos tomat cabe, dan sedikit kecap, rasanya seperti di kampung banget, niiikmaat sekali…..

0 komentar:

Posting Komentar